Selasa, 16 Juni 2015

Berpikir



BERFIKIR

Istilah intelek berasal dari bahasa inggris intellect yang berarti : proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan.
A.  Jean piaget mendefinisikan intellect adalah akal budi berdasarkan aspek – aspek kognitifnya, khususnya proses – proses berpikir yang lebih tinggi. Jean Piaget membagi perkembangan intelek / kognitif menjadi empat tahapan sebgai berikut :
1.    Tahap sensoris motoris ( 0-2 tahun ). Pada tahap ini anak berada dalam masa pertumbuhan yang ditandain oleh kecenderungan – kecenderungan sensoris motoris yang sangat jelas.
2.    Tahap pra operasional ( 2-7 tahun ). Tahap ini disebut juga sebagai tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh intuitif. Artinya semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamia h, sikap-sikap yang diperoleh dari orang – orang bermakna dan lingkungan sekitarnya.
3.    Tahap operasional konkret ( 7-11 tahun ). Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya.
4.    Tahap operasinal formal ( 11 tahun keatas ). Pada tahap ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaan yang merupakan hasil dari berpikir logis, mampu berpikir abstrak dan memecahkan persolan yang bersifat hipotetis.
Hubungan intelek dengan tingkah laku adalah bahwa intelegensi merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif yang terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran. Pendapat para ahli mengenai berpikir itu macam-macam. Misalnya ahli-ahli psikologi asosiasi menganggap berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif.
B.  Plato beranggapan bahwa berpikir itu berbicara dalam hati. Lalu juga berpikir adalah aktivitas ideasional. Dari pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yaitu :
1.    Bahwa berpikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif.
2.    Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir itu menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
3.    Ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan berpikir itu, yaitu yang mengatakan bahwa berpikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita (Bigot dkk.,1950:103).
4.    Upaya membantu perkembangan intelektual peserta didik :pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat, pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak meras terlalu dinilai oleh orang lain, pendidik memberikan pengertian yaitu dapat memahami; pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik; serta melihat sesuatu dari sudut pandang.
5.    Pikiran berkembang secara berangsur-angsur, sampai umur 8-12 tahun. Pada masa belajar anak menambah pengetahuan, mencapai kebiasaan-kebiasaan baik.
6.    Anak tidak lagi bersifat egosentris (Memandang dirinya sebagai pusat perhatian lingkungan). Anak mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif.
7.    Minat anak ditunjukan kepada benda-benda yang bergerak. Anak yang sehat pertumbuhannya suka bergerak, selalu giat, dan berbuat sesuatu. Bila “Kegiatan” ini kurang mendapat penyaluran atau bimbingan, maka besar kemungkinan anak hanya bertindak dengan asal berbuat saja.
C.  Pikiran Bawah Sadar dan Kepribadian
1.    Pemikiran dari Freud adalah oernyataan bahwa kepribadian manusia memiliki banyak segi. Ini terungkap saat kita mengatakan hal-hal seperti “ Sebagaimana dari diriku ingin melakukannya, tetapi sebagiannya lain takut melakukannya “. Awalnya model topografikal Freud membedakan antara pikiran sadar, pikiran prasadar (preconscious mind), dan pikiran bawah yang benar-benar sadar (unconscious mind).
2.    Pikiran sadar berisi semua proses mental yang kita sadari.
3.    Pikiran prasadar berisi memori-memori yang dapat diingat kembali pada pikiran sadar dalam kondisi tertentu.
4.    Pikiran bawah sadar berisi naluri-naluri biologis, terutama dorongan-dorongan primitif seperti seks dan agresi.
Walaupun kita benar-benar mengetahui apa yang terjadi dalam pikiran sadar, tetapi perasaan, motif, dan keputusan kita sangat dipengaruhi pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam alam prasadar dan naluri dari alam bawah sadar. Freud yakin, pengaruh pikiran prasadar dan pikiran bawah sadar muncul dalam berbagai cara, misal:
a.    Hal-hal yang tampaknya terjadi secara kebetulan
b.    Mitos
c.    Cerita
d.   Keselip lidah yang kini dikenal sebagai “ Keselip ala Freud “ (Freudian Slips)
e.    Mimpi
D.  Proses Berfikir
1.    Ada tiga langkah yaitu :
a.    Pembentukan Pengertian.
Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Misalnya mau membentuk pengertian manusia. Manusia Indonesia, ciri-cirinya: Makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam, dan sebagainya. Manusia Eropa, ciri-cirinya: Makhluk Hidup, berbudi, berkulit putih, bermata biru terbuka, berambut pirang atau putih, dan sebagainya. Membanding-bandigkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri mana yang sama, mana yang tidak sama. Mengabstrasikan, yaitu membuang, menyisihkan, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Contoh diatas ciri-ciri yang hakiki itu adalah : makhluk hidup yang berbudi.
b.   Pembentukan Pendapat. Pendapat ada tiga macam, yaitu: Pendapat Afirmatis atau positif, Pendapat yang menyatakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu; misalnya : Si Totok itu pandai. Pendapat Negatif, Pendapat yang menindakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal; misalnya : Si Totok tidak bodoh. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Pendapat yang menerangkan kebarangkalian; misalnya : Si Ali mungkin tidak datang.
c.    Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan. Ada tiga macam keputusan, yaitu: Keputusan Induktif,Keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus ke umum. Keputusan Deduktif, Ditarik dari umum ke khusus. Keputusan Analogis ,Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
E.   Sifat-sifat orang yang berpikir kreatif
            Orang yang berfikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original person, yaitu:
  1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
  2. Mempunyai pesikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.
  3. Dalam judgment-nya lebih mandiri.
  4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive).
  5. Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.
F.   Hambatan dalam proses berpikir
  1. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
  2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir.
Kekurangannya data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatandalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berfikir seseorang.


REFERENSI
Suryabrata, Sumadi.2012. Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja:Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
L, Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jarvis, Matt. 2010. Teori-Teori Psikologi:Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia, Ujung berung. Bandung: Nusa Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar