BERFIKIR
Istilah
intelek berasal dari bahasa inggris intellect yang berarti : proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan
menilai dan kemampuan mempertimbangkan.
A.
Jean piaget mendefinisikan intellect adalah
akal budi berdasarkan aspek – aspek
kognitifnya, khususnya proses – proses berpikir
yang lebih tinggi. Jean
Piaget
membagi perkembangan intelek / kognitif menjadi empat tahapan sebgai berikut :
1.
Tahap sensoris motoris ( 0-2 tahun ).
Pada tahap ini anak berada dalam masa pertumbuhan yang ditandain oleh
kecenderungan – kecenderungan sensoris motoris yang sangat jelas.
2.
Tahap pra operasional ( 2-7 tahun ).
Tahap ini disebut juga sebagai tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya
memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh intuitif. Artinya semua
perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan,
kecenderungan alamia h, sikap-sikap yang diperoleh dari orang – orang bermakna
dan lingkungan sekitarnya.
3.
Tahap operasional konkret ( 7-11 tahun
). Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan
sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya.
4.
Tahap operasinal formal ( 11 tahun
keatas ). Pada tahap ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam
pekerjaan yang merupakan hasil dari berpikir logis, mampu berpikir abstrak dan
memecahkan persolan yang bersifat hipotetis.
Hubungan
intelek dengan tingkah laku adalah bahwa intelegensi merupakan pernyataan dari
tingkah laku adaptif yang terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada
penyusunan pemikiran. Pendapat para ahli mengenai berpikir itu macam-macam.
Misalnya ahli-ahli psikologi asosiasi menganggap berpikir adalah kelangsungan
tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif.
B.
Plato beranggapan bahwa berpikir itu
berbicara dalam hati. Lalu juga berpikir adalah aktivitas ideasional. Dari
pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yaitu :
1.
Bahwa berpikir adalah aktivitas, jadi
subjek yang berpikir aktif.
2.
Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional,
jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu;
berpikir itu menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
3.
Ada pendapat yang lebih menekankan
kepada tujuan berpikir itu, yaitu yang mengatakan bahwa berpikir itu adalah
meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita (Bigot
dkk.,1950:103).
4.
Upaya membantu perkembangan intelektual
peserta didik :pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana
adanya tanpa syarat, pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak
meras terlalu dinilai oleh orang lain, pendidik memberikan pengertian yaitu
dapat memahami; pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi peserta didik; serta melihat sesuatu dari sudut
pandang.
5.
Pikiran berkembang secara berangsur-angsur,
sampai umur 8-12 tahun. Pada masa belajar anak menambah pengetahuan, mencapai
kebiasaan-kebiasaan baik.
6.
Anak tidak lagi bersifat egosentris
(Memandang dirinya sebagai pusat perhatian lingkungan). Anak mulai
memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif.
7.
Minat anak ditunjukan kepada benda-benda
yang bergerak. Anak yang sehat pertumbuhannya suka bergerak, selalu giat, dan
berbuat sesuatu. Bila “Kegiatan” ini kurang mendapat penyaluran atau bimbingan,
maka besar kemungkinan anak hanya bertindak dengan asal berbuat saja.
C. Pikiran
Bawah Sadar dan Kepribadian
1. Pemikiran
dari Freud adalah oernyataan bahwa kepribadian manusia memiliki banyak segi.
Ini terungkap saat kita mengatakan hal-hal seperti “ Sebagaimana dari diriku
ingin melakukannya, tetapi sebagiannya lain takut melakukannya “. Awalnya model
topografikal Freud membedakan antara pikiran sadar, pikiran prasadar
(preconscious mind), dan pikiran bawah yang benar-benar sadar (unconscious
mind).
2. Pikiran
sadar berisi semua proses mental yang kita sadari.
3. Pikiran
prasadar berisi memori-memori yang dapat diingat kembali pada pikiran sadar
dalam kondisi tertentu.
4. Pikiran
bawah sadar berisi naluri-naluri biologis, terutama dorongan-dorongan primitif
seperti seks dan agresi.
Walaupun kita benar-benar mengetahui apa yang
terjadi dalam pikiran sadar, tetapi perasaan, motif, dan keputusan kita sangat
dipengaruhi pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam alam prasadar dan naluri
dari alam bawah sadar. Freud
yakin, pengaruh pikiran prasadar dan pikiran bawah sadar muncul dalam berbagai
cara, misal:
a.
Hal-hal yang tampaknya terjadi secara
kebetulan
b.
Mitos
c.
Cerita
d.
Keselip lidah yang kini dikenal sebagai
“ Keselip ala Freud “ (Freudian Slips)
e.
Mimpi
D. Proses
Berfikir
1. Ada
tiga langkah yaitu :
a. Pembentukan
Pengertian.
Menganalisis
ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Misalnya mau membentuk pengertian
manusia. Manusia Indonesia, ciri-cirinya:
Makhluk
hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam, dan sebagainya. Manusia Eropa,
ciri-cirinya: Makhluk
Hidup, berbudi, berkulit putih, bermata biru terbuka, berambut pirang atau putih, dan sebagainya. Membanding-bandigkan
ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri mana yang sama, mana yang tidak sama.
Mengabstrasikan, yaitu membuang, menyisihkan, ciri-ciri yang tidak hakiki,
menangkap ciri-ciri yang hakiki. Contoh diatas ciri-ciri yang hakiki itu adalah
: makhluk hidup yang berbudi.
b. Pembentukan
Pendapat. Pendapat ada tiga macam, yaitu: Pendapat Afirmatis atau positif, Pendapat
yang menyatakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu; misalnya : Si
Totok itu pandai. Pendapat Negatif, Pendapat yang menindakkan, yang secara
tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal; misalnya
: Si Totok tidak bodoh. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Pendapat yang
menerangkan kebarangkalian; misalnya : Si Ali mungkin tidak datang.
c. Penarikan
Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan. Ada tiga macam keputusan, yaitu: Keputusan Induktif,Keputusan yang
diambil dari pendapat-pendapat khusus ke umum. Keputusan Deduktif, Ditarik dari
umum ke khusus. Keputusan Analogis
,Keputusan
yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan
pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
E. Sifat-sifat
orang yang berpikir kreatif
Orang yang berfikir kreatif itu mempunyai
beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original person, yaitu:
- Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
- Mempunyai pesikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.
- Dalam judgment-nya lebih mandiri.
- Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive).
- Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.
F.
Hambatan dalam proses berpikir
- Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
- Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir.
Kekurangannya
data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatandalam proses berfikir
seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain,
misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu
masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses
berfikir seseorang.
REFERENSI
Suryabrata,
Sumadi.2012. Psikologi Umum. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Walgito,
Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: ANDI.
Ali,
Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi
Remaja:Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
L,
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jarvis,
Matt. 2010. Teori-Teori Psikologi:Pendekatan
Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia, Ujung berung.
Bandung: Nusa Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar