Senin, 15 Juni 2015

psikologi umum



GANGGUAN PERILAKU

Gangguan perilaku adalah pola tingkah laku anak atau remaja yang berulang dan menetap dimana terjadi pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan. Gangguan pada anak-anak ini seringkali dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu:
1.      Gangguan eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang diarahkan keluar diri, seperti agresivitas, ketidakpatuhan, over aktivitas.
2.      Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman dan perilaku yang lebih terfokus kedalam diri seperti depresi, menarik diri dari pergaulan sosial, dan kecemasan.

A.       DEFINISI GANGGUAN PERILAKU
Istilah gangguan perilaku berarti ketidakmampuan yang ditandai dengan respon perilaku dan emosional dalam progam-progam pembelajaran yang tidak sesuai dengan usia, budaya, atau norma-norma etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikannya. Anak yang mengalami kelainan perilaku berada pada resiko yang tinggi untuk gagal disekolah. Mereka berada ditingkat yang paling rendah dibandingkan kelompok-kelompok yang lain dengan jenis kelainan yang rendah.

B.       KLASIFIKASI GANGGUAN PERILAKU
Menurut Quay dan Peterson (1987) klasifikasi perilaku dibagi menjadi 6:
1.      Perilaku agresif. Sangat perusak, sikap cari perhatian yang berlebihan, pemarah.
2.      Perilaku antisosial. Ditandai penolakan terhadap nilai-nilai umum dan sosial, tetapi menerima nilai-nilai dan aturan sesama teman kelompok (misalnya gang atau sub-budaya)
3.      Kecemasan / menarik diri. Kesadaran diri yang berlebihan, menyamaratakan perasaan, ketakutan, kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam, terlalu sensitif, dan mudah sekali malu.
4.      Ganguan pemusatan perhatian. Sikap ketidakmatangan, rentan perhatian pendek yang berlebihan, konsentrasi jelek, sangat            bingung.
5.      Gangun gerak. Gelisah, ketidakmampuan untuk tenang, tingkat tekanan tinggi, banyak bicara.
6.      Perilaku psikotik. Mengungkapkan ide-ide      yang aneh, bicara berulang-ulang dan tidak        sensitif
C.       MACAM-MACAM GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
1.    Autism
merupakan kecendurungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Perilaku anak mengalami perkembangan yang lambat, ditunjukan dengan perilaku yang aneh misalnya, menarik rambut atau menggoyangkan badannya. Penyebab autis belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan adanya faktor biologis atau keturunan.
2.    Keterbelakangan mental
yaitu perkembangan intelektual yang jauh dibawah rata-rata dan keterbatasan terkait dalam dua keterampilan adaptasi atau lebih misalnya, komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial. Penyebabnya adalah gangguan biologis atau kelainan ketika ibu mengandung dan         faktor   lingkungan. Karakteristiknya kurang lebih sama dengan anak autis. Hasil studi menunjukan bahwa sebagaian anak autis           mengalami keterbelakangan mental. Ketebelakangn mental dapat disebabkan oleh faktor luar tubuh anak, seperti yang dikatakan oleh Kearney :
a.    kekurangan oksigen, misalnya anak pernah dalam kondisi             tenggelam, sehingga menyebabkan aliran oksigen dalam     darah ke otak terhambat.
b.    Trauma otak, misalnya anak mengalami kecelakan yang    menyebakan benturan keras ke kepalanya.
c.    Keracunan, baik makan atau obat-obatan yang menyebabkan kerusakan organ tubuh, jangka panjangnya mengakibatkan cacat mental pada anak.
3.    ADHD
a.    Gejala-gejala ADHD:
1)        Rentan perhatian pendek ialah ketidakmampun seseorang untuk memfokuskan dan mempertahankan perhatian secara selektif.
2)        Hiperaktifitas, adalah perilaku yang memperlihatkan gerakan yang berlebihan, tanpa tujuan, dan sukar untuk memperhatikan.
3)        Impulsif, yaitu pola tingkah laku yang tiba-tiba, tanpa dipikir terlebih dahulu, dan bertindak sesuai implus yang menggerakannya.
b.    Penyebab terjadinya ADHD:
1)        Kondisi prakelahiran, yaitu ketika hamil ibu mengkonsumsi alkohol dan merokok
2)        Racun, biasanya kandungan dari cat tembok yang dapat merusak genetik.
3)        Kerusakan otak, disebabkan oleh kecelakaan, misalnya benturan kepala.
4)        Pengawet makanan yang dikonsumsi secara terus menerus.
5)        Gula yang berlebih atau kandungan gula yang tinggi dapat mempengaruhi ADHD.
6)        Faktor keturunan, sekalipun orangtua tidak mengalami namun bisa saja membawa gen khusus pembawa perilaku ADHD
yang ditunkan kepada anak.
4.    Stress Pada Anak
a.    Gejala stress :
1)        Kurang gairah
2)        Hilang minat untuk melakukan kegiatan favorit
3)        Menonton TV secara terus menerus
4)        Tegang dan marah tanpa sebab
5)        Tidak sabar dan terburuh-buruh ketakutan tanpa sebab
6)        Tidur berlebih atau mengalami susah tidur
7)        Sering melamun
8)        Perubahan sikap, antara lain: Anak kehilangan minat unuk bersekolah, sulit memusatkan perhatian, dan menolak komunikasi.
b.    Penyebab stress pada anak:
1)        Kegagalan, biasanya kerena tuntutan orang tua agar anaknya berprestasi, dan apabila anak tidak berprestasi maka ia akan merasa gagal dan bisa stress.
2)        Tekanan sosial, biasanya adanya persaingan antara teman sebaya yang tidak ingin kalah antara satu dengan yang lain.
3)        Pengaruh lingkungan, misalnya anak yang rumahnya dekat dengan rel kereta karena adanya kebisingan anak akan merasa terganggu ketika kereta api lewat.
5.    Kesulitan Belajar
disebabkan karena syaraf yang kurang sempurna, namun anak  yang mengalami hal ini masih dikatakan normal, hanya kurang mampu dalam hal membaca, menghitung atau menghafal. Jenis kesulitan yang teradi pada anak ditandai dengan:
a.    Dyslexia atau kesulitan membaca pada anak.
b.    Dyscalculia atau kelainan anak memahami angka atau kesulitan tentang prinsip matematika.
c.    Dysgraphia atau kesulitan memahami huruf dan menuliskannya menjadi kata-kata yang tertulis.
d.    Kelainan pengertian/kesulitan untuk berbahasa.
6.    Kesulitan bersosialisasi
biasanya disertai dengan perasaan takut saat ditengah       banyak orang atau merasa dipermalukan setiap kali berdiri dan berbicara didepan temannya. Hal ini terjadi karena kombinasi dari pengaruh berbagai macam hal yang terjadi secara bersamaan pada masa perkembangan. Karakteristik anak yang mengalami gangguan bersosialisasi:
a.    Lebih menikmati kegiatan individual
b.    Menghindari tatap mata dengan orang lain.
c.    Berbicara dengan suara pelan.
d.    Takut dan gugup ketika berkenalan dengan teman baru.
e.    Terlihat sedih dan kesepian dan merasa terkucilkan
f.      Panik dan seolah olah terperangkap, biasanya ditujukan dengan tangisan atau bersembunyi dibadan orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yang sulit bersosialisasi: Pengaruh keluarga, Kondisi tubuh, dan trauma anak.

D.      PENDEKATAN-PENDEKATAN TEORITIS BAGI KEBUTUHAN ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU
1.        Pendekatan Biomedis (Biomedical Approach)
        Pendekatan ini menerangkan dan memperlakukan hambatan emosi dan perilaku dari sudut pandang bidang kedokteran. Pendekatan ini menekankan pada ketidakstabilan biokimia (biochemical instabilitas). Ketidaknormalan neurologis dan cedera neurologis sebagai penyebab hambatan ini. Strategi penanganan yang ditekankan pada pendekatan ini adalah penggunaan obat dan penanganan-penanganan medis lainnya.
2.        Pendekatan psikodinamik (Psychodinamic Approach)
        Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan psikologis siswa. Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan.
3.        Pendekatan perilaku (Behavioral Approach)
       
Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk menghilangkan kesulitan perilaku-perilaku dan menggantinya dengan perilaku yang lebih layak secara sosial.
4.        Pendekatan pendidikan (Educational Approach)
        Merapkan program pengajaran yang tertata rapi dengan harapan-harapan yang diucapkan secara jelas. Selain itu suasana kelas yang baik juga dapat menjadi lingkungan terapis.
5.        Pendekatan Ekologi
        Pendekatan ini menitikberatkan pada interaksi faktor-faktor dan tekanan dalam masyarakat. Pendekatan ini juga menekankan perlunya pemahaman anak ke dalam konteks kehidupan mereka secara total.

E.       PENANGANAN GANGGUAN PERILAKU
1.        Perawatan berbasis komunitas, yaitu dengan cara-cara berikut:
a.       Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contoh : adanya perawatan pranatal awal, program penangan dini bagi orangtua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak.
b.      Pencegahan sakunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan.
c.       Dukungan melalui psikoterapi individu, terapi bermain dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang mengaami gangguan perilaku.
d.      Terapi dalam keluarga sangat penting untuk membantu mendapatkan keterampilan yang dapat mengubah dan meningkatkan fungsi dari semua anggota tubuh.
2.      Pengobatan berbasis rumah sakit dan rehabilitasi.
a.       Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat dirumah sakit jiwa. Pengobatan biasanya diberikan untuk mereka yang tidak sembuh dengan metode alternatif.
b.      Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita. Pengobatan yang paling berhasil adalah memisahkan anak tersebut dari lingkungan yang bermasalah dan menyediakan tempat yang diatur dengan ketat.

Kesimpulan
Gangguan perilaku anak sangat di pengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sosial maupun kognitifnya. Gangguan perilaku sering kita jumpai pada anak-anak yang mempunyai pengalaman yang buruk, bisa jadi karena kekerasan atau kurangnya kasih sayang dari orang tua. Biasanya anak-anak yang mengalami gangguan perilaku tidak bisa mengontrol emosinya atau tidak bisa mengatasi ungkapan emosional yang sedang dialaminya. Dalam mengatasi masalah gangguan perilaku ini ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan diantaranya: Pendekatan Biomedis (Biomedical Approach), Pendekatan psikodinamik (Psychodinamic Approach), Pendekatan perilaku (Behavioral Approach), Pendekatan pendidikan (Educational Approach), Pendekatan Ekologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar