Perkembangan
Kemampuan Membaca
1. Pengertian Membaca
Beberapa
definisi membaca:
a. Proses
untuk menerjemahkan kode-kode visual ke dalam bahasa pengucapan yang bermakana
(Mayer, 2008; Christopher, dkk., 2000).
b. Suatu
proses yang kompleks, yang melibatkan berbagai macam fungsi kognitif {perhatian,
konsentrasi, asosiasi, decoding,
pemahaman verbal, dan intelegensi umum} (sattler, 1998).
c. Suatu
keterampilan kompleks, yang terdiri atas berbagai komponen proses {identifikasi
kombinasi huruf hingga membentuk kata} yang harus dilakukan (LaBerge dan
Samuels; Fuchs, Hops & Jenkins, 2001).
d. Proses
yang bersifat bottom-up (diawali
pengenalan tampilan huruf yang menyusun kata, mengeja rangkaian huruf,
mengucapkan/menerjemahkan rangkaian huruf menjadi sebuah kata/phonological coding, dan mengidentifikasi
kata/lexical access untuk memahami
arti dari kata yang dibacanya). (Taguchi, dkk., 2006).
2.
Tujuan
Proses membaca:
a. Menerima
atau memahami pesan yang terkandung dalam tulisan/teks.
b. Mampu
berkomunikasi dengan baik.
3.
Tahapan
perkembangan membaca (Chall, 1979)
a. Tahap
0: Prereading (Pattern Recognition) adalah tahapan yang dialami anak prasekolah
yang ditandai dengan anak pura-pura membaca.
b. Tahap
1: Discovery of Alphabet Principle/Decoding
stage adalah tahap membaca yang anak mampu merepresentasikan ungkapan yang
disuarakan.
c. Tahap
2: Development of Automaticity (Ungluing from Print) adalah tahap anak
belajar menghubungkan teks bacaan dengan pengucapan, bahkan dari teks ke ide,
atau pemikiran baru.
d. Tahap
3: Incorperation of Learning Subroutines
(Reading for Learning the New)
membaca untuk belajar.
e. Tahap
4: Taking Multiple View Points during
Reading adalah kemampuan membandingkan dua atau lebih sudut pandang
berdasarkan perbandingan artikel yang dibaca.
f. Tahap
5: Reading for Building & Testing
Personal Theory adalah memanifestasiakn tulisan hasil penelitian atau karya
ilmiah.
4.
Kemampuan
Membaca Anak
a. Berdasarkan
keterampilan yang telah dikuasai sebelumnya, yaitu: Language Decoding, Language Comprehension, Linguistic Knowledge,
Lexical Knowledge, dan Backgroind
Knowledge.
b. Berdasarkan
kemampuan berbahasa anak secara umum, yaitu: jumlah kosakata yang dikuasai oleh
anak, kemampuan berbicara (secara oral), dan pemahaman verbal anak (Lerkkanen,
dkk., 2004). Predikator yang sangat penting bagi kemampuan mambaca anak adalah
pengetahuan tentang huruf dan Phonological
Awareness (kemampuan seseorang untuk memahami struktur suara atau struktur
fonologis dari kata-kata yang diucapkan). Pengetahuan tentang huruf penting
untuk ditanamkan pada anak sejak masa prasekolah dan masa taman kanak-kanak.
c. Berdasarkan
kemampuan membaca awal anak
1.) Mengembangkan
kemampuan asosiatif: kemampuan mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
2.) Kematangan
kemampuan neurobiologi: kemampuan memanfaatkan memori serial (mengelola
berbagai informasi yang masuk).
3.) Menguasai
sistem fonologi bahasa: mampu melakukan kombinasi bunyi, cara menuliskan, dan
mampu membacanaya.
4.) Menguasai
sintaksis: dalam struktur bacaan ada subjek-predikat-objek.
5.) Menguasi
semantik: memahami makna kata per kata maupun kaitan makna satu dengan makna
kata lainnya yang disusun menjadi kalimat.
d. Berdasarkan
aktivitas membaca (decoding) dibagi
menjadi dua level:
1.) Level
rendah atau level permukaan: pengelolaan atau mengidentifikasi teks
2.) Level
tinggi atau level pendalaman: pemahaman isi atau makna dari teks
5.
Prasyarat
yang harus dipenuhi pembaca:
a. Kemampuan
memproses kata dan kalimat
b. Kemampuan
memahami yang tersirat dalam bacaan
c. Penguasaan
kosakata
d. Kemampuan
memilih fokus bahan bacaan.
6.
Indikator
kelancaran membaca
a. Akurasi:
kemampuan seseorang dalam melafalkan bahasa tertulis ke dalam bahasa lisan
(melakukan proses decoding)secara
tepat dan akurat.
b. Kecepatan:
kemampuan untuk melakukan proses decoding/
membaca secara otomatis (cepat dan tanpa menggunakan usaha-usaha mental).
c. Eksprsi
membaca (prosody): diindikasikan
dengan volume, irama, dan ritme. Empat dimensi ekspersi membaca, yaitu:
ekspresi dan volume, pengelompokan kata, kehalusan dalam membaca, dan kecepatan
dan upaya.
7.
Deteksi
kemampuan membaca
Kesulitan
membaca akan menjadi sebab utama kegagalan anak di sekolah karena membaca
merupakan salah satubidang akademik dasar disamping menulis dan berhitung
(Sunardi, 1997). Keterampilan membaca lebih ditentukan oleh tiga hal, yaitu
tahap perkembangan kemampuan membaca, teori yang digunakan untuk mendasari
rancangan intervensi, dan kualitas instruksi serta interaksi antara orang tua
siswa dan guru, terapis, atau tutor. Jangka waktu keterampilan membaca sangat
individual, sementara perkiraan waktu harus ditetapkan berdasarkan rujukan
ilmiah kasus serupa atau evidence based.
Mendeteksi kesulitan membaca di kelas dan
dilaksanakan oleh guru (Ryder dan Graves) dengan bentuk asesmen:
a. Asesmen
di dalam kelas dengan karakteristik: dilakukan terus-menerus, pelaksanaan
fleksibel dan valid.
b. Formal
asesmen menggunakan norm refrenced dan
criterion refrenced tests.
c. Menggunaka
tes formatif, seperti portofolio, peta konsep, log pelajar, komentar pada
evaluasi formatif.
d. Menilai
kesulitan teks dengan mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan dan formula
kemampuan membaca.
e. Menilai
pemahaman pembaca terhadap teks dengan penilian tertutup, area isi dari inventory bacaan.
f. Menggunakan
teknologi: melakukan evalusasi informasi dari WEB.
Metode asesmenyang membantu menegakkan diagnosis
kesulitan belajar, termasuk kesulitan membaca sebagai berikut (Hallahan,
Kauffman, Pullen, 2012):
a. Curriculum based masurement
b. Informal assessment
c. Testing accommoditions
Melalui
pendekatan mendalam dan komprehensif dengan berbagai metode asesmen
ketidaklancaran membaca, dapat ditegakkan diagnosis dengan cermat. Masalah
dalam membaca tidak dapat hilang begitu saja seiring berlalunya waktu. Semakain
cepat anak-anak mendapat bantuan, semakain cepat mereka menjadi pembaca yang
baik. Jika diketahui anak mengalami masalah dalam membaca, pastikan bahwa
mereka secepatnya mendapat bantuan dari guru-guru mereka dan psikolog.
8.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat merancang intervensi kemampuan membaca
Pengajaran bahasa yang fungsional, yaitu
sesuai dengan kebutuhan bahasa anak sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan
rill anak, menjadi salah satu tuntutan pengajaran bahasa yang menggunakan
pendekatan komunikatif (Yalden, 1987).Strategi merupakan alat untuk membuat
siswa aktif, terlibat secara mandiri. Merancang intervensi keterampilan membaca
berdasarkan hasil diagnosis. Metode yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi
ketertinggalan siswa dalam kemampuan mereka. Strategi belajar membaca yang
tepat akan meningkatkan penguasaan, kecakapan, dan percaya diri (Oxford, 1985).
Tujuh
tugas spesifik proses belajar-mengajar guru (Haven, 1988):
a. Menjadi
model tokoh yang berbahasa dengan baik dan benar
b. Menyediakan
stimulasi bahasa
c. Mendorong
perkembangan kemampuan berbahasa yang sesuai
d. Mempraktikkan
strategi pengajaran bahasa yang efektif
e. Menyediakan
kesempatan yang maksimal bagi siswa untuk mengembangkan bahasa
f. Membebaskan
anak berkreasi untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa
g. Memperkenakan
sifat-sifat alamiah bahasa.
9.
Berbagai
model intervensi untuk membaca
Mengembangkan kemampuan para pendidik untuk mampu
mendeteksi dan mengembangkan intervensi dalam bentuk mengajarkan membaca dengan
cara yang menyenagkan, akan memberikan hasil lebih baik daripada melarang
pemberian solusi untuk mengatasi masalah ketidak lancaran baca-tulis.
Dua
model intervensi:
a. Model
atas-ke-bawah: model berdasar konteks, mengasumsikan bahwa informasi tentang
konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata teks dapat secara
langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan diinterpertasi. Informasi
dari konteks ini menyangkut: pengetahuan yang sifatnya umum dan khusus,
pengetahuan mengenai kendala-kendala sintaksis maupun semantik pada bahasa, dan
penetahuan mengenai kendala atau konvensi ortografis.
b. Model
bawah-ke-atas: model berdasar stimulus, adalah rekognisi kata tergantung
terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya.
Informasi yang dipahami berguna membantu informasi berikutnya. Oleh karena itu,
pada model ini ada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpertasi.
NB:
Ringkasan dari buku perkembangan kemampuan membaca oleh Amitya K., Jayanti W.,
L. Gayatri Y.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar