Selasa, 16 Juni 2015

psikologi umum



BELAJAR
A.       Pengertian Belajar
Pengertian Belajar Menurut Para Ahli:
1.    Menurut Winkel : Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
2.    Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) : Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
3.    Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
4.    Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Jadi kesimpulannya: Belajar adalah bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

B.       Teori Belajar
1.  Teori Pavlov
Teori Pavlov lebih dikenal sebagai teori pembiasaan klasik (classical conditioning). Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan Rusia, yang berhasil menyabet hadiah nobel pada 1909. Secara dasarn teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Dalam sebuah eksperimennya ia secara rutin meletakkan bubuk daging dalam mulut seekor anjing, yang menyebabkan anjing tersebut mengeluarkan air liur. Anjing ini ternyata mengeluarkan air  liur sebagai respon dari berbagai rangsangan yang berkaitan dengan makanan, seperti saat melihat makanan, saat melihat seorang membawa makanan kedalam ruangan, dan saat suara pintu tertutup ketika makanan datang. Pavlov menyadari bahwa asosiasi antara penglihatan dan pendengaran dengan makanan merupakan jenis belajar yang sangat penting. Yang kemudian dikenal dengan nama pengondisian klasik. Sehingga anjing tersebut sudah terkondisi dengan ekperimen pavlov, apabila terdengar suara bel  air liurnya akan keluar.  Berarti pembelajaran menurut pavlov adalah pengondisian, atau dilakukan berulang-ulang.
2. B.F Skinner
Psikologi  Amerika, B.F Skinner (1938) mengembangkan konsep instrumental . Pengondisian instrumental adalah  sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif dimana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku.
Dalam eksperimennya skinner menggunakan seekor tikus yang diletakkan dalam sebuah peti. Peti ini terdiri dari dua komponen pokok, yaitu manipulandum dan wadah makanan. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit. Mula-mula
Dalam eksperimennya skinner menggunakan seekor tikus yang diletakkan dalam sebuah peti. Peti ini terdiri dari dua komponen pokok, yaitu manipulandum dan wadah makanan. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit. Mula-mula, tikus itu mengeksplorasi peti sangkar itu dengan cara berlari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Selanjutnya, secara kebetulan, salah satu emitted behavior (seperti sentuhan moncong tikus) menekan pengungkit, yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan kedalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekan pengungkit. Penekan pengungkit inilah yang disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguat berupa butiran-butiran makanan yang muncul pada wadah makanan.
3. Bandura
Model pembelajaran melalui pengamatan Bandura terdapat 4 proses pembelajaran yaitu perhatian, pengendapan, reproduksi motorik dan penguatan atau kondisi intensif.  contohnya seperti jika anda ingin belajar bermain ski, maka anda perlu memerhatikan kata-kata dan contoh gerakan dari instruktur. Kemudian anda perlu mengingat apa yang dilakukan instruktur dan apa saran-sarannya untuk mencegah bencana. Selanjutnya anda juga memerlukan kemampuan motorik untuk mengulang apa yang telah ditunjukkan oleh intruktur. Ketika anda mendapat pujian dari instruktur setelah anda menyelesaikan beberapa gerakan akan meningkatkan motivasi anda untuk terus bermain ski.

C.      Metode Belajar SQ3R
1.    Survey : Memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
2.    Question : Menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks
3.    Read : Membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
4.    Recite : Menghafal setiap jawaban yang tela ditemukan
5.    Review : Meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga

D.      Macam-macam Belajar
  1. Behaviorisme : adalah sebuah teori pembelajaran yanng memusatkan hanya pada perilaku yang dapat diamati, tidak memperhitungkan pentingnya aktifitas mental seperti berfikir, berhasrat, dan berharap.
  2. Pembelajaran asosiasi  : Yaitu pembelajaran yang terjadi ketika sebuah hubungan atau asosiasi dibuat untuk menghubungkan 2 peristiwa.
  3. Pembelajaran melalui pengamatan : Pembelajaran yang muncul ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain disebut juga dengan meniru atau modeling

E.       Ragam Pendekatan Belajar
1.    Pendekatan Hukum Jost
Mempelajari sebuah materi seperti bahasa inggris dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama 5 hari akan lebih efektif daripada memepelajari materi dengan alokasi waktu 5 jam perhari selama 3 hari.
2.    Pendekatan Ballard & Clanchy
Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge).
3.    Pendekatan Biggs
a.       Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
b.      Pendekatan deep (mendalam)
c.       Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

F.       Fungsi Belajar
1.    Mampu merubah sesuatu
2.    Mempertahankan kehidupan
3.    Memperoleh ilmu pengetahuan
4.    Memperoleh pengalaman-pengalaman baru
5.    Menciptakan hal-hal berubah maupun mengembangkan yang sudah ada

G.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
1.    Faktor Internal (factor dari siswa) : keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.    Faktor Eksternal (factor dari luar siswa) : kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.    Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning) : jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

H.      Problem Belajar
1.    Faktor Internal
a.       Gangguan secara fisik
b.      Ketidakseimbanagan Mental
c.       Kelemahan Emosional
d.      Malas Belajar
e.       Kurangnya Minat Terhadap Pelajaran
2.    Faktor Eksternal
a.    Sekolah
1)   Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
2)   Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
3)   Metode mengajar yang kurang memadai
4)   Fasilitas pendukung belajar yang kurang memadai
b.    Keluarga
1)   Keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis
2)   Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
3)   Keadaan ekonomi


Referensi:
Wade Carole, dan Tavris Carol. 2007. Psikologi edisi sembilan jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Laura, King A. 2012. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Muhibbin, Syah. 2013. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Haryu, Islamuddin. 2012. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Atensi



ATENSI

A.      Atensi
Atensi adalah sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespon dalam sistem kognitif. Menurut chaplin (2002), atensi adalah konsentrasi terhadap aktifitas mental. Sedangkan menurut margaret w. matlin (1994) menggunakan istilh atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap suatu tugas mental, dimana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain yang mengganggu dan merujuk pada penerimaan beberapa pesan pada suatu waktu dan mengabaikan semua pesan kecuali pesan tertentu.
Atensi juga didefinisikan sebagai proses menyaring, memfokuskan perhatian atau dikenal dengan istilah konsentrasi, mempertahankan fokus perhatian pada objek yang relefan dan mengabaikan objek yang tidak relefan serta mengubah fokus perhatian dari kegiatan yang satu ke kegiatan selanjutnya. 
Atensi atau perhatian selektif memiliki ciri-ciri: dapat meningkatkan persepsi kita tehadap stimuli yang menjadi fokusnya dapat mengurangi persepsi stimuli yang tidak menjadi fokusnya. Contoh Atensi atau perhatian selektif memiliki ciri-ciri: dapat meningkatkan persepsi kita tehadap stimuli yang menjadi fokusnya dan dapat mengurangi persepsi stimuli yang tidak menjadi fokusnya.
Contoh atensi selektif adalah suatu fakta ketika kita sedang memfokuskan perhatian dalam percakapan kita tidak mengetahui isi percakapan lain disekitar kita kemudian tiba-tiba ada orang yang mebicarakan nama kita maka secara sadar tiba-tiba kita akan menengok ke arah orang yang membicarakan kita. Hal ini  menunjukan otak dapat  memblokir semua stimuli dari kesadaran  kecuali jenis stimuli tertentu. Atensi dapat difokuskan dengan 2 cara yaitu:
1.    Proses kognitif internal ( atensi endogen ) yaitu atensi karena berasal dari dalam diri, seperti atensi pada suatu barang yang sedang dicari di dalam laci, maka kita akan fokus untuk mencari kunci tersebut didalam laci.
2.    Proses kejadian eksternal yaitu atensi karena ada stimulus dari luar diri atau lingkungan seperti atensi kita pada suara yang berisik atau ada barang yang jatuh pada saat kita sedang fokus belajar.

B.       Respon Stimulus
Respon adalah suatu tanggapan, reaksi dan jawaban, yaitu perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya, tanggapan seseorang terhadap stimulus yang dihadapi. Hal yang sebenarnya bisa di temukan adalah rangkaian tahapan yang sangat halus, yang masing-masing menandai adanya suatu perkembangan baru hingga saat perilaku saat di pelajari mulai menampilkan karakteristik-karakteristik yang di sebut kecerdasan. Terdapat progresi berkesinambungan dari gerakan dan refleks spontan ke kebiasaan yang di peroleh dan dari kebiasaan itu menuju kecerdasan.
Mekanisme progresi merupakan salah satu bentuk asosiasi, prosese kumulatif yang dengannya pengondisisan ditambahkan pada refleks dan banyak akuisisi lainnya di tambahkan pada pengondisian itu. Menurut pandangan ini, setiap akuisisi di anggap sebagai respon atas stimuli, suatu respon yang karakter asosiatifnya mengekspresikan kendali perkembangan yang seutuhnya oleh koneksi-koneksi eksternal. Stimulus dibagi menjadi 5 yaitu:
1.      Stimulus Visual
Stimulus visual masuk kedalam mata karena adanya cahaya yang di pantulkan dari benda-benda di sekitar kita sehingga kita bisa melihat dari benda-benda tersebut.
2.      Stimulus Auditori
Manusia bisa mendengar karena adanya suara yang diterima oleh indera auditori yaitu telinga. Suara sebagai stimulus berasal dari benda-benda yang bergetar. Getaran benda akan menggetarkan partikel-partikel di udara sekitarnya, lalu berlangsung terus-menerus akan menimbulkan gelombang suara yang akhirnya akan sampai di telinga. Funsi sitem auditori adalah mempresepsi diri.
3.      Stimulus Sentuhan
Kepekaan manusia pada sentuhan tejadi di ujung jari dan bibir. Ujung jari dapat membedakan dua titik rangsangan, karena terdapat banyak sekali reseptor dengan serabut syaraf sensorik.
4.      Stimulus Rasa
Manusia merasakan dengan lidah, menggunakan lidah kita dapat membedakan 4 rasa.
5.      Stimulus Bau
Manusia dapat mencium bau dengan hidung, yang dapat membedakan berbagai macam bau baik yang sedap maupun tidak sedap.