PELAJARAN UNTUK DOLY SI
DOMBA
Oleh:
Lina Muti’ah
Suatu daerah di tepian
sungai hutan hiduplah beberapa ekor binatang. Hutan tersebut sangat rindang dan
nyaman, disana juga banyak sekali makanan sehingga binatang yang ada disana
tidaklah kekurangan makanan. Binatang-binatang disanapun hidup dengan rukun dan
saling tolong menolong satu sama lain apabila ada yang sedang mengalami suatu
musibah.
Pada suatu hari saat
Mora si bebek yang selalu memakai dasi kupu-kupu merah kesayangannya, Pilo si
kerbau gembul yang malas, dan Eto si ayam jago yang pintar menyanyi sedang
bermain di tepi sungai, tiba-tiba langit yang awalnya cerah mulai mendung dan
terdengar suara langit yang bergemuruh (gludug....gludug.....).
“Kwek... kwek...
sepertinya akan turun hujan kita harus kemana ini?”, kata Mora.
“Di
sekitar
sini kan ada goa, kita kesana saja, mooohh.”, kata Pilo dengan
santai.
“Petok... petok Baiklah
kalau begitu, ayo kita kesana sebelum hujan turun.”, kata si Eto. Mereka
pun bergegas menuju goa. Setelah samapai di goa hujan pun mulai turun sedikit
demi sedikit lalu lama-lama menjadi lebat. Guntur, kilat, petir, dan angin
kencang pun datang bersamaan (Wushhhh,
gludug... gludug.... dueer) hingga membuat mereka mengigil kedinginan. (wushhh, gludug.... gludug.... dueer.... dueer... duerr).
“Ekwek... emm... kwek...
di... dingin se..sekali.”, ucap Mora sampai
terbata-bata sambil menahan dingin.
“Petok... petok, iya ini
dingin sekali, Pilo bisakah kalian mendekat kesini sehingga kita tidak
kedinginan.”,
kata Eto.
“Moooh, baiklah aku akan mendekat.”, kata Pilo. Pilo yang
berada lumayan jauh dengan Eto dan Mora mendekat sehingga mereka bertiga pun
saling berdekatan mencari kehangatan.
Saat mereka sedang
berdekatan untuk menghangatkan diri, datanglah Doly si domba yang pelit dan
sombong. Tanpa permisi dia langsung masuk goa.
“Embek... embekk.. huftt
basah buluku yang cantik ini.”, kata Doly sambil
mengibas-ngibaskan bulunya yang basah terkena air hujan. Air hujan yang
dikibaskan Doly mengenai Mora, Eto, dan
Pilo.
“Kwek... kwek.... hey Doly
kamu mengenai kami.”,
kata si Mora.
“Oh begitu, embekk... lalu?”, kata Doly cuek sambil
mengibaskan bulunya lagi yang basah.
“Petok... petok... kamu
harusnya minta maaf kepada kami.”, kata Eto.
“Embek... siapa suruh kalian ada disitu, kalau tidak ingin terkena
pindah saja dari situ.”, kata Doly.
Karena tidak ingin
lanjut berdebat dengan Doly, Mora pun pindah diikuti Eto dan Pilo. Doly pun
masih asyik mengeringkan bulunya yang basah itu. Hujan pun
masih lebat disertai suara
gemuruh dan cahaya kilat. Angin pun mulai bertipu kencang
lagi dan masuk ke goa lewat celah-celahnya sehingga mengakibatakan Mora dan Eto
tambah menggigil kedinginan.
“Petok... ini dingin sekali. Petokk...
petookk.. tidak biasanya dingin
seperti ini.”,
kata Eto.
“Kwek.. kwek.. benar
sekali Eto, kwek.. kwek.... ini terlalu dingin.”,
kata Mora.
Saat Pilo ingin berbicara
tiba-tiba Doly dengan posisi siap-siap duduk berkata “Mbek.. ah hangatnya untung aku punya bulu yang lebat jadi sekarang aku
tidak kedinginan”.
Seketika itu pula Mora,
Eto, dan Pilo berdiri menghampiri tempat duduk Doly. Doly yang awalnya ingin
memejamkan mata sedikit kaget dengan kedatangan Mora, Eto, dan Pilo yang
mendekat ke arahnya. “Mbek... kenapa
kalian kemari?”, kata Doly yang mulai berdiri.
“Mooohh, kamu tadi bilang kalau bulumu bisa menghangatkan tubuhmu.”,
kata Pilo dengan polosnya.
“Mbek, lalu?”, kata Doly sombong dan mengangkat kepala.
“Kwek.. kwek... ya kami
ingin mendekat supaya kami juga hangat dan tidak kedinginan lagi.”,
kata Mora.
“Embek.... embekk.. Enak
saja, tidak boleh aku tidak mau dekat-dekat dengan kalian. Kalian kesana saja
jangan mendekat ke arahku. Mbek...
kesana saja, mbek...mbekk...”, kata Doly.
“Petok..petokk.. ya kalau
kita tidak boleh mendekat, kami pinjam bulumu saja Doly,”, kata Eto sedikit
memohon karena kedinginan berharap belas kasihan dari Doly.
“Mbekk... mbek.. mbek... TIDAK, aku tidak mau meminjamkannya.
Ini
buluku, dan hanya aku yang memakainya. Mbekk...
mbek... Kalian tidak boleh
dekat-dekat denganku dan meminjam buluku,”, kata Doly dengan
sombongnya.
“Moohh, kamu sombong dan pelit sekali Doly,”, kata Pilo.
“Biar mbek.. mbekk.., sudah kesana saja kalian atau pergi saja dari sini
mengganggu istirahatku saja mbek.. embekk...”, kata Doly.
“Dasar Doly, liat saja
nanti kalau ada apa-apa kita tidak akan membantumu, petok.. petok..”, kata
Eto.
Sambil tertawa Doly
berkata “Haha.. mbek.. mbek.. hahaha.... Terserah kalian saja, mbek.... mbek.... aku tidak perduli dengan ucapan kalian”.
Hujan pun mulai berhenti
begitu pula dengan angin dan guntur maupun kilat. Karena tidak tahan dengan
sikap sombong Doly maka Mora, Eto, dan Pilo pun meninggalkan Doly yang sedang
istirahat sendirian di goa tersebut.
Saat mereka keluar dari
goa, mereka terperanggah kaget melihat keadaan hutan yang pohon-pohonnya banyak
yang tumbang karena tersambar pertir dan angin kencang. Saat mereka berjalan
tidak jauh dari mulut goa tiba-tiba ada suara (Pletak... krek... krek... krekk.... brushh). Hal
ini membuat Mora, Eto, dan Pilo kaget dan menengok ke belakang ternyata suara
itu berasal dari suara pohon besar yang tumbang menutupi pintu masuk goa.
Tentunya Doly yang awalnya tertidur, mendengar suara tersebut kaget dan bangun.
Saat Doly ingin melihat keluar, ternyata mulut goa sudah tertutup
pohon yang tumbang. Doly pun mulai berteriak-teriak meminta bantuan “MBEK... MBEKK... MBEKKK...
TOLONG... TOLONG... AKU..... AKU MASIH DI DALAM GOA.... MBEKK.... MBEKK...
TOLONG... MBEKK”.
Mendengar suara
permintaan tolong Doly. Mora, Eto, dan Pilo pun mendekat ke mulut goa yang
tertutup oleh pohon yang tumbang tersebut.
“MBEK.... MBEKK...
TOLONG... TOLONG... AKU... TOLONG.... AKU…”, kata Doly meminta
bantuan.
Mora, Pilo, dan Eto
yang berada diluar goa pun menghampiri mulut gua dan mencari celah untuk
melihat Doly yang berada di dalam namun tidak terlihat sama sekali. Hanya
sedikit saja celah yang ada apabila untuk melewatinya tidak akan muat.
“Kwek... kwekk...
bagaimana ini, Doly masih di dalam sana?”, kata Mora sambil panik dan
mondar-mandir.
“Moohh, biarkan saja dia terkurung disana. Itu karena dia Pelit dan
sombong,”,
kata Pilo yang sedikit marah dengan Doly.
“Petok... petok.. petok... benar aku setuju dengan Pilo.
Biar dia merasakan terkurung di goa itu hukuman buat dia,”,
kata Eto sedikit marah dan kesal dengan Doly yang
mengusirnya tadi.
“Kwek.. kwek.. benar juga
tapi apa kalian tega membiarkan Doly terkurung di dalam goa seterusnya,”,
kata Mora sambil sedikit khawatir dengan keadaan Doly.
“Petok... petokk.. lalu
kita harus bagaimana sekarang?”, kata Eto.
Mora, Eto, dan Pilo pun
memandang ke depan melihat betapa besarnya pohon tumbang yang menghalangi mulut
goa tersebut.
“Moohh, aku punya ide bagaimana kalau kita kerjasama menganggkatnya.
Sepertinya kita cukup kuat untuk menganggatnya,”, kata Pilo.
“Petok.. petok.. baiklah
kita coba saja dulu. ayo!”, kata Eto.
“Kwek... kwek... oke,
kalau begitu biar aku yang menghitung,”, kata Mora mulai
memberi aba-aba. “Siap! Kwekk... kwekk... 1....2.....3... angakat!!”.
“MORA, ETO, PILO...
TOLONG AKU MBEK....MBEKK... HIHIHI…”, teriak Doly dari
dalam goa yang meninta tolong sambil menaggis karena ketakutan terjebak di
dalam goa.
“KWEK... KWEKK...
TENANGLAH DOLY KAMI AKAN BERUSAHA MENGELUARKANMU DARI SANA,”,
kata Mora berteriak karena terhalang pohon.
“Mooohh, pohon ini tidak bisa terangkat sedikit pun. Bagaimana ini?”,
kata Pilo.
“Petok.. petok.. aku juga
tidak kuat kalau mengangkatnya, Mora bagaimana ini?”, kata Eto mulai lemas dan
kelelahan.
“Sebaiknya kita
istirahat dulu, Mooohh. Ternyata
berat sekali pohonnya,”, kata Pilo yang juga
kelelahan mengangkat pohon tersebut.
“Kweek.. kwek.. baiklah
kita istirahat dulu sejenak sambil memikirkan ide untuk mengeluarkan Doly dari
dalam goa ini,”,
kata Mora.
Pilo, Eto, dan Mora pun
mulai istiratah dan berdiskusi mencari cara
untuk
mengeluarkan Doly dari dalam goa. Mereka berunding dan kemudian menyetujui cara
yang terbaik untuk mengeluarkan Doly dari dalam goa. Mereka kemudian menyebar
mencari bahan-bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk mengeluarkan Doly.
Karena Doly panik, Eto
pun
menyanyi untuk menghibur
Doly karena suara Eto paling bagus. Mora dan Pilo mencari
benda-benda yang bisa membantu menyingkirkan pohon yang menutupi mulut goa
tersebut.
Setelah didapatkan
benda-bendanya kemudian mereka mulai meletakkan benda di sekita bawah pohon
tersebut berusaha mendorong pohon tersebut tak lupa Eto pun mengeluarkan suara
emasnya untuk menghibur Doly yang menaggis dari tadi. Pohon pun sedikit demi
sedikit tergeser tinggal beberapa dorongan lagi pintu goa akan terbuka. Mereka
pun lebih kuat lagi mendorong pohon tersebut sampai akhirnya pohon tersebut
berhasil bergeser dan Doly pun keluar.
“Mbek... hihi.... mbek... mbekk... hihihi.... Te....terimaksih
Mora, Eto, Pilo. Kalian suadah mau menolongku, padahal tadi aku tidak mau berbagi kehangatan dengan kalian,”, kata Doly sambil
memeluk Mora, Pilo, dan Eto.
“Iya sama-sama,”,
Jawab Mora, Pilo, dan Eto bersamaan.
“Jangan diulangin lagi,
ya petok... petook?”, tambah Eto.
“Iya tidak akan, mbek... mbekk... mbek..”, kata
Doly.
Mereka pun akhirnya
berbaikan dan kemana-mana bersama saat hujan datang mereka bersama untuk
berbagi kehangatan, begitupula saat makan dan bermain mereka selalu
bersama-sama.
TAMAT
Nama :
Lina Muti’ah
NIM : 1400002048
Tugas :
Cerita Fabel
Mata Kuliah : Dasar-dasar Bercerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar