Sabtu, 17 Desember 2016

Latihan buatcerita anak



PELAJARAN UNTUK DOLY SI DOMBA
Oleh: Lina Muti’ah

Suatu daerah di tepian sungai hutan hiduplah beberapa ekor binatang. Hutan tersebut sangat rindang dan nyaman, disana juga banyak sekali makanan sehingga binatang yang ada disana tidaklah kekurangan makanan. Binatang-binatang disanapun hidup dengan rukun dan saling tolong menolong satu sama lain apabila ada yang sedang mengalami suatu musibah.
Pada suatu hari saat Mora si bebek yang selalu memakai dasi kupu-kupu merah kesayangannya, Pilo si kerbau gembul yang malas, dan Eto si ayam jago yang pintar menyanyi sedang bermain di tepi sungai, tiba-tiba langit yang awalnya cerah mulai mendung dan terdengar suara langit yang bergemuruh (gludug....gludug.....).
Kwek... kwek... sepertinya akan turun hujan kita harus kemana ini?”, kata Mora.
“Di sekitar sini kan ada goa, kita kesana saja, mooohh.”, kata Pilo dengan santai.
Petok... petok Baiklah kalau begitu, ayo kita kesana sebelum hujan turun.”, kata si Eto. Mereka pun bergegas menuju goa. Setelah samapai di goa hujan pun mulai turun sedikit demi sedikit lalu lama-lama menjadi lebat. Guntur, kilat, petir, dan angin kencang pun datang bersamaan (Wushhhh, gludug... gludug.... dueer) hingga membuat mereka mengigil kedinginan. (wushhh, gludug.... gludug.... dueer.... dueer... duerr).
Ekwek... emm... kwek... di... dingin se..sekali.”, ucap Mora sampai terbata-bata sambil menahan dingin.
Petok... petok, iya ini dingin sekali, Pilo bisakah kalian mendekat kesini sehingga kita tidak kedinginan.”, kata Eto.
Moooh, baiklah aku akan mendekat.”, kata Pilo. Pilo yang berada lumayan jauh dengan Eto dan Mora mendekat sehingga mereka bertiga pun saling berdekatan mencari kehangatan.
Saat mereka sedang berdekatan untuk menghangatkan diri, datanglah Doly si domba yang pelit dan sombong. Tanpa permisi dia langsung masuk goa.
Embek... embekk.. huftt basah buluku yang cantik ini.”, kata Doly sambil mengibas-ngibaskan bulunya yang basah terkena air hujan. Air hujan yang dikibaskan  Doly mengenai Mora, Eto, dan Pilo.
Kwek... kwek.... hey Doly kamu mengenai kami.”, kata si Mora.
“Oh begitu, embekk... lalu?”, kata Doly cuek sambil mengibaskan bulunya lagi yang basah.
Petok... petok... kamu harusnya minta maaf kepada kami.”, kata Eto.
Embek... siapa suruh kalian ada disitu, kalau tidak ingin terkena pindah saja dari situ.”, kata Doly.
Karena tidak ingin lanjut berdebat dengan Doly, Mora pun pindah diikuti Eto dan Pilo. Doly pun masih asyik mengeringkan bulunya yang basah itu. Hujan pun masih lebat disertai suara gemuruh dan cahaya kilat. Angin pun mulai bertipu kencang lagi dan masuk ke goa lewat celah-celahnya sehingga mengakibatakan Mora dan Eto tambah menggigil kedinginan.
Petok... ini dingin sekali. Petokk... petookk.. tidak biasanya dingin seperti ini.”, kata Eto.
Kwek.. kwek.. benar sekali Eto, kwek.. kwek.... ini terlalu dingin.”, kata Mora.
Saat Pilo ingin berbicara tiba-tiba Doly dengan posisi siap-siap duduk berkata “Mbek.. ah hangatnya untung aku punya bulu yang lebat jadi sekarang aku tidak kedinginan”.
Seketika itu pula Mora, Eto, dan Pilo berdiri menghampiri tempat duduk Doly. Doly yang awalnya ingin memejamkan mata sedikit kaget dengan kedatangan Mora, Eto, dan Pilo yang mendekat ke arahnya. “Mbek... kenapa kalian kemari?”, kata Doly yang mulai berdiri.
Mooohh, kamu tadi bilang kalau bulumu bisa menghangatkan tubuhmu.”, kata Pilo dengan polosnya.
Mbek, lalu?”, kata Doly sombong dan mengangkat kepala.
Kwek.. kwek... ya kami ingin mendekat supaya kami juga hangat dan tidak kedinginan lagi.”, kata Mora.
Embek.... embekk.. Enak saja, tidak boleh aku tidak mau dekat-dekat dengan kalian. Kalian kesana saja jangan mendekat ke arahku. Mbek... kesana saja, mbek...mbekk...”, kata Doly.
Petok..petokk.. ya kalau kita tidak boleh mendekat, kami pinjam bulumu saja Doly,”, kata Eto sedikit memohon karena kedinginan berharap belas kasihan dari Doly.
Mbekk... mbek.. mbek... TIDAK, aku tidak mau meminjamkannya. Ini buluku, dan hanya aku yang memakainya. Mbekk... mbek... Kalian tidak boleh dekat-dekat denganku dan meminjam buluku,”, kata Doly dengan sombongnya.
Moohh, kamu sombong dan pelit sekali Doly,”, kata Pilo.
“Biar mbek.. mbekk.., sudah kesana saja kalian atau pergi saja dari sini mengganggu istirahatku saja mbek.. embekk...”, kata Doly.
“Dasar Doly, liat saja nanti kalau ada apa-apa kita tidak akan membantumu, petok.. petok..”, kata Eto.
Sambil tertawa Doly berkata “Haha.. mbek.. mbek.. hahaha.... Terserah kalian saja, mbek.... mbek.... aku tidak perduli dengan ucapan kalian”.
Hujan pun mulai berhenti begitu pula dengan angin dan guntur maupun kilat. Karena tidak tahan dengan sikap sombong Doly maka Mora, Eto, dan Pilo pun meninggalkan Doly yang sedang istirahat sendirian di goa tersebut.
Saat mereka keluar dari goa, mereka terperanggah kaget melihat keadaan hutan yang pohon-pohonnya banyak yang tumbang karena tersambar pertir dan angin kencang. Saat mereka berjalan tidak jauh dari mulut goa tiba-tiba ada suara (Pletak... krek... krek... krekk.... brushh). Hal ini membuat Mora, Eto, dan Pilo kaget dan menengok ke belakang ternyata suara itu berasal dari suara pohon besar yang tumbang menutupi pintu masuk goa. Tentunya Doly yang awalnya tertidur, mendengar suara tersebut kaget dan bangun. Saat Doly ingin melihat keluar, ternyata mulut goa sudah tertutup pohon yang tumbang. Doly pun mulai berteriak-teriak meminta bantuan “MBEK... MBEKK... MBEKKK... TOLONG... TOLONG... AKU..... AKU MASIH DI DALAM GOA.... MBEKK.... MBEKK... TOLONG... MBEKK”.
Mendengar suara permintaan tolong Doly. Mora, Eto, dan Pilo pun mendekat ke mulut goa yang tertutup oleh pohon yang tumbang tersebut.
MBEK.... MBEKK... TOLONG... TOLONG... AKU... TOLONG.... AKU”, kata Doly meminta bantuan.
Mora, Pilo, dan Eto yang berada diluar goa pun menghampiri mulut gua dan mencari celah untuk melihat Doly yang berada di dalam namun tidak terlihat sama sekali. Hanya sedikit saja celah yang ada apabila untuk melewatinya tidak akan muat.
Kwek... kwekk... bagaimana ini, Doly masih di dalam sana?”, kata Mora sambil panik dan mondar-mandir.
Moohh, biarkan saja dia terkurung disana. Itu karena dia Pelit dan sombong,”, kata Pilo yang sedikit marah dengan Doly.
Petok... petok.. petok... benar aku setuju dengan Pilo. Biar dia merasakan terkurung di goa itu hukuman buat dia,”, kata Eto sedikit marah dan kesal dengan Doly yang mengusirnya tadi.
Kwek.. kwek.. benar juga tapi apa kalian tega membiarkan Doly terkurung di dalam goa seterusnya,”, kata Mora sambil sedikit khawatir dengan keadaan Doly.
Petok... petokk.. lalu kita harus bagaimana sekarang?”, kata Eto.
Mora, Eto, dan Pilo pun memandang ke depan melihat betapa besarnya pohon tumbang yang menghalangi mulut goa tersebut.
Moohh, aku punya ide bagaimana kalau kita kerjasama menganggkatnya. Sepertinya kita cukup kuat untuk menganggatnya,”, kata Pilo.
Petok.. petok.. baiklah kita coba saja dulu. ayo!”, kata Eto.
Kwek... kwek... oke, kalau begitu biar aku yang menghitung,”, kata Mora mulai memberi aba-aba. “Siap! Kwekk... kwekk... 1....2.....3... angakat!!”.
“MORA, ETO, PILO... TOLONG AKU MBEK....MBEKK... HIHIHI”, teriak Doly dari dalam goa yang meninta tolong sambil menaggis karena ketakutan terjebak di dalam goa.
KWEK... KWEKK... TENANGLAH DOLY KAMI AKAN BERUSAHA MENGELUARKANMU DARI SANA,”, kata Mora berteriak karena terhalang pohon.
Mooohh, pohon ini tidak bisa terangkat sedikit pun. Bagaimana ini?”, kata Pilo.
Petok.. petok.. aku juga tidak kuat kalau mengangkatnya, Mora bagaimana ini?”, kata Eto mulai lemas dan kelelahan.
“Sebaiknya kita istirahat dulu, Mooohh. Ternyata berat sekali pohonnya,”, kata Pilo yang juga kelelahan mengangkat pohon tersebut.
Kweek.. kwek.. baiklah kita istirahat dulu sejenak sambil memikirkan ide untuk mengeluarkan Doly dari dalam goa ini,”, kata Mora.
Pilo, Eto, dan Mora pun mulai istiratah dan berdiskusi mencari cara untuk mengeluarkan Doly dari dalam goa. Mereka berunding dan kemudian menyetujui cara yang terbaik untuk mengeluarkan Doly dari dalam goa. Mereka kemudian menyebar mencari bahan-bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk mengeluarkan Doly. Karena Doly panik, Eto pun menyanyi untuk menghibur Doly karena suara Eto paling bagus. Mora dan Pilo mencari benda-benda yang bisa membantu menyingkirkan pohon yang menutupi mulut goa tersebut.
Setelah didapatkan benda-bendanya kemudian mereka mulai meletakkan benda di sekita bawah pohon tersebut berusaha mendorong pohon tersebut tak lupa Eto pun mengeluarkan suara emasnya untuk menghibur Doly yang menaggis dari tadi. Pohon pun sedikit demi sedikit tergeser tinggal beberapa dorongan lagi pintu goa akan terbuka. Mereka pun lebih kuat lagi mendorong pohon tersebut sampai akhirnya pohon tersebut berhasil bergeser dan Doly pun keluar.
Mbek... hihi.... mbek... mbekk... hihihi.... Te....terimaksih Mora, Eto, Pilo. Kalian suadah mau menolongku, padahal tadi aku tidak mau berbagi kehangatan dengan kalian,”, kata Doly sambil memeluk Mora, Pilo, dan Eto.
“Iya sama-sama,”, Jawab Mora, Pilo, dan Eto bersamaan.
“Jangan diulangin lagi, ya petok... petook?”, tambah Eto.
“Iya tidak akan, mbek... mbekk... mbek..”, kata Doly.
Mereka pun akhirnya berbaikan dan kemana-mana bersama saat hujan datang mereka bersama untuk berbagi kehangatan, begitupula saat makan dan bermain mereka selalu bersama-sama.
TAMAT˜

Nama                : Lina Muti’ah
NIM                 : 1400002048
Tugas               : Cerita Fabel
Mata Kuliah       : Dasar-dasar Bercerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar