TUGAS I
BELAJAR MELALUI BERMAIN
Mata Kuliah
Kelembagaan TPA
Dosen Pengampu
Kis Rahayu,
Oleh:
Lina Muti’ah
1400002048
V | A
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2016
A.
Apa itu Bermain?
Menurut
Otak Tengah Anak (2016)
menyatakan bahwa Bermain adalah aktivitas umum yang tidak dibatasi realitas. Menurut Frank & Teresa Caplan
(dalam Mufti, 2015),
menyatakan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang sukarela. Bermain bisa membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengutip dari Playengland (dalam Asri,
2015) menyatakan
bahwa bermain didefinisikan sebagai apa
yang anak-anak lakukan ketika mereka mengikuti ide dan keinginan sendiri tanpa
diperintah orangtua. Menurut Helms dan Turner (dalam Andriani, 2014) menyatakan bahwa bermain adalah
cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan dan cara
mereka menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin
hubungan sosial antar anak. Menurut Rubin, Fein, dan Vandenberg, (dalam
Andriani, 2014)
menyatakan bahwa bermain adalah berbagai macam kegiatan yang memberikan
keseimbangan berbagai aspek fungsi kepribadian. Jadi dari beberapa pendapat
diatas dapat disampaikan bahwa bermain adalah suatu kegiatan atau aktivitas
atau ragam main yang dilakukan oleh anak baik itu sendiri maupun kelompok dan
dapat mengembangkan aspek perkembangan anak.
Fungsi
dari bermain bagi anak sendiri ada beberapa diantaranya:
1.
Perkembangan Bahasa
Aktivitas
bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan
kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
2.
Perkembangan Moral
Bermain
membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi
pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
3.
Perkembangan Sosial
Bermain
bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya.
Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap
sosial lainnya.
4.
Perkembangan Emosi
Bermain
merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia
belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk
relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi
diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami
gangguan emosi.
5.
Perkembangan kognitif
Melalui
kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah
yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat
belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat
mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
6.
Perkembangan Fisik
Bermain
memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya,
sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
7.
Perkembangan Kreativitas
Bermain
dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak
mendapatkan kebebasan (PAUDJATENG, 2015).
Ada beberapa manfaat
bermain untuk anak diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Bermain
merupakan motivasi intrinsik bagi anak,
2.
Bermain umumnya
bebas dari kegiatan menulis,
3.
Bermain
membangkitkan aktivitas yang nyata,
4.
Pusat proses
berbagai kegiatan adalah bermain,
5.
Bermain
mendominasi permainan,
6.
Bermain dapat
dilakukan dengan memberikan aktivitas permainan (Cosby S. Roger and Janet K.
Sawyers (dalam Andriani, 2014)).
Ada pula
pendapat dari American Psychological
Association. 2009 yang menyatakan kegiatan
bermain yang melibatkan imajinasi atau mengeksplorasi tempat-tempat tertentu
(seperti bermain rumah-rumahan) memiliki manfaat lain yang tak kalah penting:
1. Meningkatkan kapasitas otak untuk
belajar dan mengingat. Dalam sebuah eksperimen
menggunakan tikus, satu kelompok diberikan lingkungan bermain yang ‘kaya’
seperti terowongan, roda dan mainan lain. Sementara, kelompok lainnya tidak
mendapat fasilitas seperti itu. Setelah dua bulan, tikus-tikus di kelompok
dengan fasilitas bermain diketahui memiliki 50 ribu sel otak lebih banyak pada
hippocampus mereka dibandingkan kelompok lainnya.
2. Regulasi emosi,
kompetensi sosial dan interaksi lingkungan. Sebuah studi terhadap anak-anak
usia 5-7 tahun mempraktekkan aktivitas bermain ‘pura-pura’ dengan setting
sekolah. Hasilnya, permainan pura-pura itu memiliki kaitan positif terhadap
keterlibatan anak dalam aktivitas sekolah dan interaksi bersama teman-teman
sebayanya.
B.
Kenapa anak usia dini harus belajar melalui bermain?
Karena saat anak bermain semua aspek
perkembangannya akan terasah lewat permainan tersebut. Aspek perkembangan
tersebut diantaranya nilai agama dan moral (NAM), sosial emosiaonal, fisik
motorik, kognitif, bahasa, dan seni. Ada
pendapat bahwa bermain merupakan kehidupan anak, tanpa bermain anak tidak akan
mampu mengeksplorasi dunianya. Bermain juga suatu kegiatan yang menyenangkan
bagi anak dari bermain pula akan membentuk daya imajinasi, kreativitas,
keterampilan sosial, mengerti akan aturan awal, mengutarakan pendapatnya, dan
menyelesaikan masalah secara sederhana. Pada suatu artikel ada pula yang
menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan dengan naluri bermain yang kuat, kegiatan
tersebut sangat menyenagkan sehingga hal-hal tersebut kemudian menjadi
rutinitas keseharian anak, tanpa bermain anak akan merasa lesu, kurang
bersemangat dan justru melemahkan aspek-aspek yang harusnya berkembang malah
akan berhenti. Bahkan Dalam suatu penelitiannya 2009 lalu, Karen
Stagnitti menuliskan, seorang anak yang tidak memiliki waktu bermain cukup
cenderung lebih sulit mengikuti aktivitas di sekolah (American
Psychological Association, 2009).
Sejalan
dengan pemikiran Jean Piaget bahwa bermain itu sangat penting untuk proses
belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh berbagai informasi melalui
interaksinya dengan suatu objek yang mereka anggap sebagai suatu hal yang
menyenangkan dan informasi dari objek tersebut kemudian disusun menjadi
struktur pengetahuan. Bermain merupakan salah satu interaksi anak untuk
memperoleh pengetahuan, sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang
disentuh dan aktivitas yang dilakukan. Tidak hanya sekedar pengetahuan saja
namun juga mencakup tentnag kemandirian, tanggungjawab, adil, dan lain
sebagainya yang mencakup muatan aspek perkembangan anak.
C.
Bermain yang bagaimana?
Menurut Smith, permainan yang paling baik
ialah permainan yang memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan
aktivitas yang nyata (Janet R Moyles). Permainan yang baik adalah yang dapat
mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat individual ataupun
kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain adalah aktivitas yang dapat
memberikan pemahaman pada anak tentang dunia nyata yang bermanfaat dalam
kehidupannya sehari-hari.
Jenis permainan yang biasa dilakukan
anak adalah permainan sensorimotor yang menggunakan semua indera, permainan
simbolis adalah pemainan yang biasa dilakukan anak anak dengan berpura pura,
permainan konstruktif adalah permainan yang menggabungkan sensorimotor dan
simbolis, permainan sosial yang dimana anak berinteraksi sosial dengan teman
mainnya, dan juga permainan kompetisi yang melibatkan aturan aturan dalam
bermain. Permainan tersebut memberikan pengalaman baru dan dapat merangsang
kecerdasan otak anak.
Hubungan
antara bermain dengan kecerdasan yaitu saat anak merasa senang dengan bermain
akan merangsang otak anak. Adapun bagian otak yang berkaaitan dengan bermain
yaitu Limbik, korteks, dan batang otak. Struktur pada bagian di otak yang berhubungan dengan emosi (seperti
marah, kebahagiaan, dan takut) serta kenangan yaitu sistem limbic
(sridianti, 2016). Pada bagian
limbik ini ada beberapa bagian yang fungsinya memberikan tiga fungsi utama
yakni emosi, kenagan, dan gairah yang semuanya ada karena melalui pengalaman
yang didapatkan.
Korteks -lapisan luar
otak- mengalami perubahan ketebalan. Pada analisis sebelumnya data MRI, Hudziak
dan timnya menemukan bahwa penebalan atau penipisan korteks di area tertentu
dari otak mencerminkan terjadinya kecemasan dan depresi, masalah perhatian,
agresi dan masalah pengendalian perilaku, bahkan pada anak-anak yang sehat
(yang tanpa diagnosis gangguan atau penyakit mental). Ketebalan korteks di daerah otak yang memainkan peran
penting dalam kontrol penghambatan, serta aspek pengolahan emosi (Rosandrani, 2015).
Limbik
pun membutuhkan pernantara yaitu batang otak yang bagiannya terdapat Medula oblongata terletak antara
pons dan sumsum tulang belakang. Ia memelihara semua fungsi tubuh yang vital,
termasuk pernapasan, pencernaan, dan tekanan darah dan memicu beberapa refleks
yang berbeda, termasuk yang menyebabkan muntah, batuk dan bersin. Medula
oblongata juga bertindak sebagai pembawa pesan, meneruskan pesan dari otak ke
sumsum tulang belakang (budisma, 2015). Batang
otak ini juga sangatlah penting bagi anak khususnya saat anak bermain dengan
menggunakan fisiknya. Hal ini akan menstimulus batang otak untuk berkembang dan
menyeimbangkan fungsi bagian tubuh yang lainnya.
D.
Kesimpulan
Bermain
adalah suatu kegiatan atau aktivitas atau ragam main yang dilakukan oleh anak
baik itu sendiri maupun kelompok dan dapat mengembangkan aspek perkembangan
anak. Saat anak
bermain ia akan mempunyai pengalaman sendiri dalam bermainnya dan hal tersebut
menjadikan suatu pembelajaran atau sarana anak untuk menegenal dan memahami
duniannya. Permainnan tersebut tentunya harus mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak mulai dari nilai agama dan moral (NAM), sosial emosianal,
fisik motorik, kognitif, bahasa, dan seni. Permainan pada anak pun harus
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai hal seperti
kemandirian, bekerjasama, komunikasi, adil, imajinatif, kreatif, dan lain
sebagainya.
E.
Sumber
Andriani,
Rini. 2014. Fungsi Bermain Pada Pendidikan
Anak Usia Dini.
http://www.membumikanpendidikan.com/2014/10/fungsi-bermain-pada-pendidikan-anak.html. diakses tanggal 7 Oktober 2016.
American
Psychological Association. 2009. Dukung Tumbuh
Kembang Anak dengan Bermain. http://www.apa.org/monitor/2009/09/child-play.aspx. diakses tanggal 6 Oktober 2016.
Asri, Ariesta. 2015. Tiga Alasan Penting Mengapa Anak Harus Bermain.
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/27/196/1125179/tiga-alasan-penting-mengapa-anak-harus-bermain. diakses tanggal 7 Oktober 2016.
Bmspaces28. 2016. Ketahuilah
Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Bermain Bagi Anak Usia Dini. http://bmspaces.com/wp/2016/03/04/ketahuilah-fungsi-manfaat-dan-tujuan-bermain-bagi-anak-usia-dini/. diakses
tanggal 6 Oktober 2016.
Budisma.net.
2015. Fungsi Batang Otak. http://biologi.budisma.net/fungsi-batang-otak.html diakses tanggal 11 Oktober 2016.
Mufti,
Novie Ocktaviane. 2015. Psycholostory : Alasan Anak Harus
Bermain. http://www.kompasiana.com/novieocktavia/psycholostory-alasan-anak-harus-bermain_54f97f6da33311a13d8b559a. diakses tanggal 6 Oktober 2016.
Otak Tengah Indonesia. 2016. Pentingnya Bermain untuk Anak.http://otaktengahindonesia.com/artikel_pentingnya-bermain-untuk-anak.html.
diakses tanggal 7 Oktober 2016.
PAUDJATENG.
2015. Fungsi Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Usia Dini. http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/fungsi-manfaat-bermain-bagi-anak.html. diakses
tanggal 6 Oktober 2016.
Rosandrani. 2015. Bermain Alat
Musik Meningkatkan Fungsi Otak Anak. http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/bermain-alat-musik-meningkatkan-fungsi-otak-anak. diakses tanggal 11 Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar