TUGAS
RESUME
Nama : Lina Muti’ah
NIM : 1400002048
Prodi : PG PAUD
Sem./Kelas : 4/A
HUBUNGAN
ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN
MINAT
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA
PADA SISWA KELAS V SD
DI
KELURAHAN PEDUNGAN
Perkembangan
jaman pada saat ini dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini
membuktikan bahwa kedua hal tersebut memegang peranan penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Adapun cara yang bisa diupayakan yaitu
melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar atau kegiatan teratur
dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Pendidikan formal meneankan proses belajar yang menunjukkan adanya perubahan sifat
positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, pengalaman, kecakapan,
dan pengetahuan baru. Disini pula muncul parameter keberhasilan yang digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan yang ditempuh oleh siswa yaitu
prestasi belajar. Namun, untuk meraih suatu prestasi belajar membutuhkan suatu
proses belajar.
Proses
belajar merupakan hal penting, karena melalui belajar individu mengenal
lingkungan sekitarnya. Sanjaya (2006:112) berpendapat proses belajar pada
hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tak dapat dilihat, artinya proses
perubahan yang terjadi dalam diri sesorang yang belajar tidak dapat kita saksikan,
kita hanya dapat melihat dari gejala – gejala perubahan perilaku yang tampak. Gejala
tersebut adalah perubahan prilaku dari hasil belajar itu sendiri, dimana
belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Proses belajar akan menghasilkan prestasi belajar. Prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern (intelegensi atau
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan kesehatan mental) dan faktor eksternal (lingkungan
rumah, sekolah, masyarakat, dan media masa).
Matematika
merupakan bidang studi yang memiliki cakupan luas. Cakupannya meliputi gejala –
gejala yang berhubungan dengan angka, sebab-akibat dan lain – lain yang ada dikehidupan
manusia di masyarakat (Sumardyono,2004). Pendidikan matematika memiliki tujuan
yaitu untuk memahami dan mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan
sehari – hari, menggunakan penalaran pada pola – pola dan sifat matematika, memecahkan
masalah yang meliputi kemapuan memahamami masalah merancang model matematika, menyelesaikan
model matematika, menyelesaikan dan menafsirkan atau menginterprestasi kansolusi
yang diperoleh (ekawati, 2011). Maka dari itu tujuan mata pelajaran matematika merupakan
mata pelajaran yang sepatutnya tidak hanya menjadi teori saja, akan lebih baik
jika pembelajaran matematika dibuat lebih bermakna dengan mengaplikasikannya di
masyarakat. Sehingga pengetahuan yang didapat tak hanya sebatas teori tetapi telah
dipraktekkan. Sehingga prestasi belajar siswa tampak di masyarakat.
Namun
saat ini, masyarakat masih berasumsi bahwa tingkat prestasi belajar anak
tergantung kecerdasan Intelektual (IQ) saja. Kecerdasan atau intelegensi
merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan nantinya akan menghasilkan
prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, yang terjadi saat ini banyak anak
yang memiliki IQ tinggi tapi prestasi belajarnya rendah, namun juga ada anak
yang memiliki IQ rata-rata bahkan Iqnya rendah tapi justru prestasi belajarnya
relatif tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ saja tidaklah menjadi titik pokok
prestasi belajar seseorang, namun masih ada faktor lainnya yaitu kecerdasan
emosional ( EQ). Berdasarkan penelitian Daniel Goleman, terbukti bahwa orang – orang
berhasil 85% adalah karena kecerdasan emosinya baik. Berdasarkan teori Goleman,
(dalam Monti, 2003:36) mengemukakan EQ tidak sekedar kemampuan untuk
mengendalikan emosi dalam kaitannya dengan hubungan sosial tetapi juga mencakup
kemampuan untuk mengendalikan emosi dalam kaitannya dengan pemenuhan
psikofisik. Rifameutia (2004:194) menyatakan bahwa dengan kecerdasan emosional yang
baik, seseorang akan memiliki kompetensi pribadi maupun kompetensi sosial yang baik.
Tetapi, IQ dan EQ saja tidak cukup, karena ada siswa yang memiliki IQ cukup tinggi
dan menunjukkan EQ yang baik tetapi prestasinya masih rendah.
Hal
ini menunjukkan pula bahwa masih ada kecerdasan yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar seseorang salah satunya yaitu Adversity Quotient (AQ) yang
dicetuskan oleh Paul G. Stoltz (2005). Adversity Quotient (AQ) yang dicetuskan oleh
Paul G. Stoltz (2005). Stoltz (2005) mengungkapkan bahwa AQ sebagai kemapuan
seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolahkesulitan tersebut dengan
kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk
menyelesaikannya. AQ merupakan teori yang menjembatani IQ dan EQ, teori ini diajukan
sebagai prediktor global terhadap kesuksesan. Secara umum, AQ merupakan sifat
tahan banting. Konsep kependidikan AQ ini dikatakan dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dikarenakan AQ merupakan sikap pantang
menyerah atau sikap ketahanmalangan. Siswa yang memiliki AQ akan berusaha untuk
mencari jawaban atas pertanyaan yang didapat, sehingga secara tidak langsung siswa
tersebut akan berfikir kreatif.
Menurut
Stoltz (2005:18), konsep AQ begitu meyakinkan dan membagi manusia dalam tiga
kelompok.Untuk memudahkan penjelasannya Stoltz memberikan gambaran, dengan menggunakan
terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki
gunung menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Quitters, (orang yang menyerah) Orang–orang
dalam kelompok ini cenderung menolak perubahan karena kapasitasnya yang minimal.
Dalam dunia pendidikan yang tergolong quitters adalah siswa yang menyerah dan
mudah putus asa dalam menghadapi suatu persoalan yang ditemuinya. Bahkan takut
melakukan tindakan atau belajar. Stoltz (2003:38) juga mengungkapkan seseorang
atau siswa yang kecenderungan mamiliki sifat quitters menyebabkan mereka mengabaikan,
menyembunyikan, atau meninggalkan dorongan inti dasar manusia atau kebutuhan dalam
pendidikan. (2) Campers, (orang yang berkemah).Menurut Rifameutia (2004:198)
menyebutkan bahwa orang – orang campers masih menunjukkan sejumlah inisiatif,
sedkit semangat, dan beberapa usaha. Orang seperti ini lebih memilih situasi
aman dan ingin berada di “zona nyaman”. Orang atau siswa yang sebagai campers
adalah orang yang sudah berusaha namun, karena ada suatu faktor membuat siswa
menjadi menyerah dan kalah atas suatu tantangan. (3) Climbers, (pendaki) Menurut
Rifameutia (2004:198) Climbers adalah orang yang mendedikasikan diri untuk
terus mendaki. Mereka memikirkan kemungkinan – kemungkinan dan berusaha
menempuh kesulitan – kesulitan hidup dengan keberanian dan penuh disiplin.
Mereka sering merasa sangat yakin pada sesuatu yang lebih besar daripada diri
mereka, tetapi justru keyakinan ini yang membuat mereka bertahan meskipun apa
yang hendak dicapai dirasakan menakutkan. Sedangkan menurut Rifameutia (2004:195)
adversity dapat dijabarkan sebagai sebagai kondisi dari ketidak bahagiaan, kesulitan, atau ketidak beruntungan.
Dalam bahasa psikologi kata adversity ini sering diterjemahkan sebagai tantangan
kehidupan. Jadi AQ merupakan kecerdasan menghadapi keadaan sulit atau
kecerdasan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Minat
belajar terdiri dari dua kata, yaitu minat dan belajar. Minat merupakan salah
satu faktor internal yang cukup mempengaruhi siswa dalam mecapai suatu
prestasi. Berbeda dengan bakat yang dibawa sejak lahir, minat tumbuh seiring
dengan masa perkembangan siswa, dan dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang
tua, dan kebiasaan atau adat istiadat. Menurut Slameto (2010:180) minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
Sedangkan
belajar menurut McGeoh (dalam Suryabrata 2004:231) adalah merubah prilaku dari praktek
atau latihan. Susanto (2013:4) mengemukakan belajar merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu
konep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan perilaku yang relative tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun
bertindak.
Dari
uraian tersebut minat belajar adalah rasa suka yang timbul dari dalam diri seseorang
karena adanya ketertarikan terhadap suatu kegiatan pembelajaran yang kemudian
dilakukan dan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Seseorang akan lebih
termotivasi dan merasa senang terhadap suatu kegiatan apabila di dalam diri
telah ada minat. Dalam konsep pendidikan seseorang yang memiliki minat belajar terhadap
suatu pelajaran akan lebih tekun mempelajarinya karena dalam dirinya terasa ada
kepuasan yang didapat. Dari pengertian diatas terdapat empat dimensi tentang
minat yang dikemukakan oleh Kuder (dalam Yusuf, 2011). Keempat dimensi dari
minat, yaitu, kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Dalam
hal ini siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki IQ tinggi karena IQ bukan
satu – satunya yang menjadi tolak ukur siswa berprestasi melainkan ada faktor
lain seperti Adversity Quotient dan minat siswa terutama minat belajar siswa untuk
mencapai prestasi belajar. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui
apakah AQ dan minat berpengaruh secara signifikan dengan prestasi belajar
matematika.
Hasil
yang diperoleh peneliti yaitu bahwa berbunyi terdapat hubungan yang positif signifikan
secara bersama – sama antarA Adversity Quotient (AQ) dan minat belajar dengan
prestasi belajar matematika pada siswa kelas V SD di kelurahan Pedungan, Denpasar
Selatan tahun 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan
tersebut, didapat bahwa adversity quotient (AQ) memberikan pengaruh atau
kontribusi sebesar 27,56% untuk prestasi belajar matematika siswa. Jadi disini
untuk menentukan keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya berpatok pada Intellectual
Quotientnya (IQ) saja, melainkan ada faktor seperti AQ. AQ merupakan salah satu
kecerdasan yang dimiliki sesorang dalam mengatasi kesulitan. AQ merupakan sikap
yang menjukkan kemampuan orang untuk bisa mengatasi segala kesulitan, hambatan saat
ia mengalami kegagalan. Dalam kehidupan, siswa diharapkan mampu untuk
mengembangkan juga AQ yang dimilikinya. Ada beberapa cara untuk mengembangka
AQ, yaitu dengan cara yang dikenal dengan LEAD (listening, explore, analyze,
do something) maka seiring dengan waktu, AQ siswa akan meningkat dan tentunya
akan mempengaruhi prestasi belajar.Semakin tinggi AQ yang dimiliki siswa maka
semakin tinggi tinggi pula ketahanmalangan yang dimiliki siswa tersebut jika
mendapatkan kesulitan dalam hidupanya serta jika siswa memiliki minat belajar
yang semakin tinggi dan meningkat, maka siswa tersebut tidak akan merasa puas tentang
apa yang dipelajari dan akan terus belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Penelitian
ini juga dilakukan penelitian tentang minat belajar siswa, dan ternyata minat belajar
memeberikan sumbangan sebesar 33,06% terdapat hubungan yang positif signifikan
anatara minat belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas V SD
di kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan diterima. Minat merupakan rasa
ketertarikan terhadap suatu kegiatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
kemudian dilakukan dan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Minat dapat datang
dari luar diri siswa, seperti siswa mendapat pujian atas apa yang dikerjakan.
Karena pada dasarnya guru dapat memberikan hadiah (reward) secara berkala berupa pujian, ancungan jempol, atau mungkin
berupa benda, guru memberikannya karena sudah menganggap siswa yang bersangkutan
telah berhasil dengan baik menuntaskan tugas yang telah diberikan. Dari hal
tersebut minat belajar dapat mendorong dan memberikan motivasi kepada siswa untuk
belajar lebih giat lagi.
Berdasarkan
analisis kedua variabel tersebut, AQ dan minat belajar memberikan sumbangan sebesar
40,38% yang berdasarkan penelitian menyatakan Fhitung sebesar 61,759
dan Ftabel dengan nilai 3,04 yang berarti Fhitung > Ftabel sedangkan
residunya sebesar 59,62% merupakan faktor lain yang menunjang prestasi belajar matematika
siswa diluar variabel yang diteliti.
Sumber:
Wardiana, Arya dkk. 2014. HUBUNGAN ANTARA
ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASIBELAJAR MATEMATIKA
PADA SISWA KELAS V SD DI KELURAHAN PEDUNGAN. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/3026.
II (1). diakses tanggal 20 Juli 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar