Kamis, 13 April 2017

Belajar Melalui Bermain

TUGAS I
BELAJAR MELALUI BERMAIN

Mata Kuliah
Kelembagaan TPA

Dosen Pengampu
Kis Rahayu,



Oleh:
Lina Muti’ah
1400002048
V | A

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2016
A.    Apa itu Bermain?
Menurut Otak Tengah Anak (2016) menyatakan bahwa Bermain adalah aktivitas umum yang tidak dibatasi realitas. Menurut Frank & Teresa Caplan (dalam Mufti, 2015), menyatakan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang sukarela. Bermain bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengutip dari Playengland (dalam Asri, 2015) menyatakan bahwa bermain didefinisikan sebagai apa yang anak-anak lakukan ketika mereka mengikuti ide dan keinginan sendiri tanpa diperintah orangtua. Menurut Helms dan Turner (dalam Andriani, 2014) menyatakan bahwa bermain adalah cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan dan cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak. Menurut Rubin, Fein, dan Vandenberg, (dalam Andriani, 2014) menyatakan bahwa bermain adalah berbagai macam kegiatan yang memberikan keseimbangan berbagai aspek fungsi kepribadian. Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disampaikan bahwa bermain adalah suatu kegiatan atau aktivitas atau ragam main yang dilakukan oleh anak baik itu sendiri maupun kelompok dan dapat mengembangkan aspek perkembangan anak.
Fungsi dari bermain bagi anak sendiri ada beberapa diantaranya:
1.      Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
2.      Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
3.      Perkembangan Sosial
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya.
4.      Perkembangan Emosi
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
5.      Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
6.      Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
7.      Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak mendapatkan kebebasan (PAUDJATENG, 2015).
Ada beberapa manfaat bermain untuk anak diantaranya adalah sebagai berikut: 
1.      Bermain merupakan motivasi intrinsik bagi anak, 
2.      Bermain umumnya bebas dari kegiatan menulis, 
3.      Bermain membangkitkan aktivitas yang nyata, 
4.      Pusat proses berbagai kegiatan adalah bermain,
5.      Bermain mendominasi permainan, 
6.      Bermain dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas permainan (Cosby S. Roger and Janet K. Sawyers (dalam Andriani, 2014)).
Ada pula pendapat dari American Psychological Association. 2009 yang menyatakan kegiatan bermain yang melibatkan imajinasi atau mengeksplorasi tempat-tempat tertentu (seperti bermain rumah-rumahan) memiliki manfaat lain yang tak kalah penting:
1.      Meningkatkan kapasitas otak untuk belajar dan mengingat. Dalam sebuah eksperimen menggunakan tikus, satu kelompok diberikan lingkungan bermain yang ‘kaya’ seperti terowongan, roda dan mainan lain. Sementara, kelompok lainnya tidak mendapat fasilitas seperti itu. Setelah dua bulan, tikus-tikus di kelompok dengan fasilitas bermain diketahui memiliki 50 ribu sel otak lebih banyak pada hippocampus mereka dibandingkan kelompok lainnya.
2.      Regulasi emosi, kompetensi sosial dan interaksi lingkungan. Sebuah studi terhadap anak-anak usia 5-7 tahun mempraktekkan aktivitas bermain ‘pura-pura’ dengan setting sekolah. Hasilnya, permainan pura-pura itu memiliki kaitan positif terhadap keterlibatan anak dalam aktivitas sekolah dan interaksi bersama teman-teman sebayanya.


B.     Kenapa anak usia dini harus belajar melalui bermain?
Karena saat anak bermain semua aspek perkembangannya akan terasah lewat permainan tersebut. Aspek perkembangan tersebut diantaranya nilai agama dan moral (NAM), sosial emosiaonal, fisik motorik, kognitif,  bahasa, dan seni. Ada pendapat bahwa bermain merupakan kehidupan anak, tanpa bermain anak tidak akan mampu mengeksplorasi dunianya. Bermain juga suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dari bermain pula akan membentuk daya imajinasi, kreativitas, keterampilan sosial, mengerti akan aturan awal, mengutarakan pendapatnya, dan menyelesaikan masalah secara sederhana. Pada suatu artikel ada pula yang menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan dengan naluri bermain yang kuat, kegiatan tersebut sangat menyenagkan sehingga hal-hal tersebut kemudian menjadi rutinitas keseharian anak, tanpa bermain anak akan merasa lesu, kurang bersemangat dan justru melemahkan aspek-aspek yang harusnya berkembang malah akan berhenti. Bahkan Dalam suatu penelitiannya 2009 lalu, Karen Stagnitti menuliskan, seorang anak yang tidak memiliki waktu bermain cukup cenderung lebih sulit mengikuti aktivitas di sekolah (American Psychological Association, 2009).
Sejalan dengan pemikiran Jean Piaget bahwa bermain itu sangat penting untuk proses belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh berbagai informasi melalui interaksinya dengan suatu objek yang mereka anggap sebagai suatu hal yang menyenangkan dan informasi dari objek tersebut kemudian disusun menjadi struktur pengetahuan. Bermain merupakan salah satu interaksi anak untuk memperoleh pengetahuan, sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh dan aktivitas yang dilakukan. Tidak hanya sekedar pengetahuan saja namun juga mencakup tentnag kemandirian, tanggungjawab, adil, dan lain sebagainya yang mencakup muatan aspek perkembangan anak.

C.    Bermain yang bagaimana?
Menurut Smith, permainan yang paling baik ialah permainan yang memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan aktivitas yang nyata (Janet R Moyles). Permainan yang baik adalah yang dapat mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat individual ataupun kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain adalah aktivitas yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang dunia nyata yang bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari.
Jenis permainan yang biasa dilakukan anak adalah permainan sensorimotor yang menggunakan semua indera, permainan simbolis adalah pemainan yang biasa dilakukan anak anak dengan berpura pura, permainan konstruktif adalah permainan yang menggabungkan sensorimotor dan simbolis, permainan sosial yang dimana anak berinteraksi sosial dengan teman mainnya, dan juga permainan kompetisi yang melibatkan aturan aturan dalam bermain. Permainan tersebut memberikan pengalaman baru dan dapat merangsang kecerdasan otak anak.
Hubungan antara bermain dengan kecerdasan yaitu saat anak merasa senang dengan bermain akan merangsang otak anak. Adapun bagian otak yang berkaaitan dengan bermain yaitu Limbik, korteks, dan batang otak. Struktur pada bagian di otak yang berhubungan dengan emosi (seperti marah, kebahagiaan, dan takut) serta kenangan yaitu sistem limbic (sridianti, 2016). Pada bagian limbik ini ada beberapa bagian yang fungsinya memberikan tiga fungsi utama yakni emosi, kenagan, dan gairah yang semuanya ada karena melalui pengalaman yang didapatkan.
Korteks -lapisan luar otak- mengalami perubahan ketebalan. Pada analisis sebelumnya data MRI, Hudziak dan timnya menemukan bahwa penebalan atau penipisan korteks di area tertentu dari otak mencerminkan terjadinya kecemasan dan depresi, masalah perhatian, agresi dan masalah pengendalian perilaku, bahkan pada anak-anak yang sehat (yang tanpa diagnosis gangguan atau penyakit mental).  Ketebalan korteks di daerah otak yang memainkan peran penting dalam kontrol penghambatan, serta aspek pengolahan emosi (Rosandrani, 2015).
Limbik pun membutuhkan pernantara yaitu batang otak yang bagiannya terdapat Medula oblongata terletak antara pons dan sumsum tulang belakang. Ia memelihara semua fungsi tubuh yang vital, termasuk pernapasan, pencernaan, dan tekanan darah dan memicu beberapa refleks yang berbeda, termasuk yang menyebabkan muntah, batuk dan bersin. Medula oblongata juga bertindak sebagai pembawa pesan, meneruskan pesan dari otak ke sumsum tulang belakang (budisma, 2015). Batang otak ini juga sangatlah penting bagi anak khususnya saat anak bermain dengan menggunakan fisiknya. Hal ini akan menstimulus batang otak untuk berkembang dan menyeimbangkan fungsi bagian tubuh yang lainnya.

D.    Kesimpulan
Bermain adalah suatu kegiatan atau aktivitas atau ragam main yang dilakukan oleh anak baik itu sendiri maupun kelompok dan dapat mengembangkan aspek perkembangan anak. Saat anak bermain ia akan mempunyai pengalaman sendiri dalam bermainnya dan hal tersebut menjadikan suatu pembelajaran atau sarana anak untuk menegenal dan memahami duniannya. Permainnan tersebut tentunya harus mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak mulai dari nilai agama dan moral (NAM), sosial emosianal, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan seni. Permainan pada anak pun harus merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai hal seperti kemandirian, bekerjasama, komunikasi, adil, imajinatif, kreatif, dan lain sebagainya.

E.     Sumber

American Psychological Association. 2009. Dukung Tumbuh Kembang Anak dengan Bermain. http://www.apa.org/monitor/2009/09/child-play.aspx. diakses tanggal 6 Oktober 2016.

Asri, Ariesta.  2015. Tiga Alasan Penting Mengapa Anak Harus Bermain. http://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/27/196/1125179/tiga-alasan-penting-mengapa-anak-harus-bermain. diakses tanggal 7 Oktober 2016.

Bmspaces28.  2016. Ketahuilah Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Bermain Bagi Anak Usia Dini. http://bmspaces.com/wp/2016/03/04/ketahuilah-fungsi-manfaat-dan-tujuan-bermain-bagi-anak-usia-dini/. diakses tanggal 6 Oktober 2016.

Budisma.net. 2015. Fungsi Batang Otak. http://biologi.budisma.net/fungsi-batang-otak.html diakses tanggal 11 Oktober 2016.

Mufti, Novie Ocktaviane. 2015. Psycholostory : Alasan Anak Harus Bermain. http://www.kompasiana.com/novieocktavia/psycholostory-alasan-anak-harus-bermain_54f97f6da33311a13d8b559a. diakses tanggal 6 Oktober 2016.

Otak Tengah Indonesia. 2016. Pentingnya Bermain untuk Anak.http://otaktengahindonesia.com/artikel_pentingnya-bermain-untuk-anak.htmldiakses tanggal 7 Oktober 2016.

PAUDJATENG. 2015. Fungsi Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Usia Dini. http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/fungsi-manfaat-bermain-bagi-anak.html. diakses tanggal 6 Oktober 2016.

Rosandrani. 2015. Bermain Alat Musik Meningkatkan Fungsi Otak Anak. http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/bermain-alat-musik-meningkatkan-fungsi-otak-anak. diakses tanggal 11 Oktober 2016.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar